15 Maret 2009

Materi untuk Ibu-ibu Balita

Tujuan pembuatan konsep materi kegiatan untuk ibu-ibu balita antara lain supaya mereka mengetahui peran dan tugas seorang ibu. Mereka juga punya kesanggupan untuk memecahkan persoalan-persoalan sederhana yang berhubungan dengan anak. Tidak lupa, materi kegiatan dapat membantu ibu-ibu balita selalu memberikan pengasuhan dan pendidikan terbaik buat anak-anaknya.
Materi pelatihan untuk orangtua sebaiknya disusun secara sistematis agar mudah untuk dipahami. Meski hanya berisi tentang pokok-pokok, misalnya, bahasan yang tidak terperinci, namun diharapkan para narasumber dalam hal ini kader, bisa menjabarkannya kepada orangtua sesuai dengan tema yang ada. (*)

Ibu Adalah Anugerah

Menjadi seorang ibu adalah anugerah terindah bagi seorang wanita. Belumlah sempurna seorang wanita bila belum disebut ibu setelah masa pernikahannya, baik itu memiliki anak yang lahir dari rahimnya sendiri atau mengangkat anak dari luar.
Menjadi seorang ibu tidaklah semudah yang ada dalam angan-angan. Tapi, juga tidak begitu sulit untuk menjalaninya. Tingkat pendidikan formal seorang wanita, bukan jaminan kelak bisa mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar.
Meski rendah pendidikan formalnya, banyak wanita yang ternyata berhasil mendidik anak-anaknya sehingga menjadi anak yang berguna bagi orangtua, agama, nusa dan bangsa. Jelaslah, ini berkaitan dengan tata cara atau langkah yang harus diketahui wanita dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai seorang ibu. (*)

Taman Kanak-kanak

Pendidikan formal bagi anak usia dini yang dikenal selama ini adalah Taman Kanak-kanak (TK). Ini pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun. Program lain untuk anak balita juga dilaksanakan oleh Pemerintah melalui program peningkatan kualitas ibu, yakni program Bina Keluarga Balita (BKB).
Peningkatan kualitas anak usia dini dirasa makin mendesak dan perlu mengingat optimalisasi kualitas manusia harus memiliki dasar-dasar yang kuat sejak dari awal kehidupan. Penelantaran pada fase kritis ini akan merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak di masa datang.
Beberapa nama sepert Taman Pendidikan Al Quran, Taman Pendidikan Anak Soleh, Taman Posyandu, Sekolah Minggu, atau Bina Iman, semuanya berorientasi pada pendidikan anak usia dini.
Jika ingin mengoptimalkan perkembangan anak, maka ketiga aspek yakni pengertian tentang anak usia dini, kurikulum (program kegiatan belajar), dan pendekatan pembelajaran yang digunakan merupakan aspek yang tidak dapat berdiri sendiri. (*)

Melejitkan Potensi Anak

Kehadiran Taman Posyandu bertujuan untuk melejitkan semua potensi yang dimiliki anak. Kecepatan perkembangan setiap anak berbeda, sehingga kegiatan harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
Taman Posyandu tidak untuk melatih atau 'memaksa' anak dengan kemampuan tertentu yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, sekadar untuk memenuhi keinginan orangtua. Hal ini akan merugikan perkembangan anak itu sendiri.
Untuk mencapai sebuah kompetensi ank, sebaiknya dilakukan melalui kegiatan bermaian dengan menggunakan berbagai metode dan teknik yang sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan. (*)

Sebuah Pedoman Pengajaran

Sudah tersusun sebuah pedoman pengajaran yang disebut satuan kegiatan harian. Tujuannya antara lain sebagai contoh rencana kegiatan belajar di Taman Posyandu bagi kader selaku tenaga pendidik, mempermudah kader dalam penyampaian materi karena lebih rinci dan sistematis, dan kader lebih kreatif dalam pengembangan bahan ajar di Taman Posyandu karena sudah ada contoh acuan.
Satuan kegiatan harian adalah rencana kegiatan dalam satu hari untuk membantu melaksanakan proses pembelajaran. Satuan kegiatan harian mencakup sejumlah hal, di antaranya : aspek perkembangan, waktu kegiatan, tema kegiatan, sentra bermain dan belajar, serta sarana dan prasarana (APE). (*)

Masa Emas Balita

Masa-masa pada rentangan usia dini merupakan masa emas. Perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosional, bahasa dan sosial berlangsung dengan sangat cepat. Dari lahir sampai kurang lebih dua tahun, perkembangan anak berkaitan dengan keadaan fisik dan kesehatannya.
Disinilah, dibutuhkan perlindungan orang dewas untuk memenuhi kebutuhan fisik dan kesehatannya lebih besar daripada masa-masa sesudahnya.
Secara yuridis, pendidikan anak usia dini, belum dipandang sebagai pendidikan yang penting. Hanya, secara teoritis diketahui, dampak intervensi kesehatan, gizi dan psikososial pendidikan terhadap perkembangan anak sangat besar.
Bloom (1964) menyebutkan, perkembangan mental (intelegensia, kepribadian, dan tingkah laku sosial), sangat pesat ketika anak masih berusia dini. Separo dari perkembangan intelektual anak berlangsung sebelum anak berusia 4 tahun. (*)

14 Maret 2009

Rencana Bermain yang Simpel

Alat permainan edukasi sudah tersedia. Besaran rencana bermain juga sudah ada. Tapi, dalam keterbatasannya, para kader Taman Posyandu masih merasakan kesulitan dalam proses harian. Sepertinya, dibutuhkan rencana bermain yang mudah dan simpel untuk digunakan para kader itu.
"Kasus yang sama terjadi dalam interaksi antara kader Taman Posyandu dengan orangtua anak. Padahal, pertemuan ini sangat penting, bagi perkembangan anak usia 0 s/d 2 tahun," tutur Sinung D Kristanto, Kepala Kantor UNICEF Surabaya (5 Juni 2008).
Melihat situasi dan kondisi yang demikian, diperlukan semacam panduan yang berisi rencana bermain harian dan tahapannya. Panduan tersebut sudah bisa diperoleh dalam bentuk buku yang diterbitkan oleh sebuah tim dengan editor Dra Titin Sumartini (Dinas P dan K Provinsi Jatim) dan Dwi Purwestri SSPsi (UNICEF Surabaya). (*)

Layanan Belum Ideal

Saat ini, program PAUD telah berkembang tapi masih menyisakan masalah seperti belum semua anak usia dini mendapat layanan di lembaga pendidikan anak usia dini. Sedangkan mutu layanan yang ada belum ideal, utamanya belum bersifat holistik (menyeluruh). Misalnya, dalam hal gizi, kesehatan dan pendidikan.
"Salah satu upaya kita, adalah membentuk Pos PAUD, yakni PAUD yang diintegrasikan dengan Posyandu dan Bina Keluarga Balita (BKB)," terang Sunarto MS1, Kasubdin Pendidikan Luar Sekola Diknas Jatim (15 Juli 2008).
Ada beberapa variasi nama terhadap program ini, bisa disebut Pos PAUD Terpadu, atau Taman Posyandu saja. Hal ini tak perlu dipersoalkan, karena semuanya memiliki kegiatan, tujuan, dan manfaat yang sama.
Sunarto menjelaskan pula, di lapangan masih ditemui kemampuan para kader yang minim dalam melakukan pendidikan atau pengasuhan anak-anak. "Adanya modul kegiatan yang disusun UNICEF tentu akan sangat membantu. Semoga modul itu dapat dimanfaatkan secara luas." (*)

Pemisahan Abaikan Anak-anak

Pemisahan pelayanan pertumbuhan dan perkembangan anak selama ini melalui posyandu, BKB, dan Pos PAUD, kurang menguntungkan anak-anak. Pemisahan ini juga menjadikan kader yang melayani terbatas kemampuannya untuk memberikan pelayanan yang holistik.
"Upaya penyatuan ketiganya dalam Taman Posyandu merupakan langkah yang perlu terus dikembangkan, baik dari sisi materi maupun wilayah," kata Sinung D Kristanto, Kepala Kantor UNICEF Surabaya (5 Juni 2008).
Keterbatasan kemampuan kader dan ketersediaan rencana bermain yang siap pakai cukup merepotkan dalam mengembangkan Taman Posyandu. Keterbiasaan memberikan pelayanan yang parsial menyebabkan kader punya kemampuan terbatas. Ini belum sedikitnya jumlah tenaga pendidik yang mau mengabdikan dirinya sebagai kader atau Bunda Taman Posyandu. (*)